Persemaian merupakan salah satu
elemen vital dalam suatu pengusahaan hutan produksi. Mengapa vital ? dari
sinilah awal mula penentu keberhasilan pengusahaan hutan yang bertujuan sebagai
produksi kayu maupun non kayu. Persemaian yang sehat dan baik akan menciptakan
bibit-bibit dengan kualitas dan mutu yang baik pula. Walaupun secara genetik
benih dari bibit dalam suatu persemaian memiliki kualitas unggul, namun apabila
tidak dipelihara dalam lingkungan yang sehat dan pemeliharaan yang baik akan
berimplikasi pada buruknya mutu bibit secara umum.
Bibit memiliki kualitas yang baik
dilihat berdasarkan syarat umum seperti normalitas bentuk bibit, percabangan
bibit, kesehatan bibit secara pathologis maupun fisiologis, dan presentase
batang berkayu, dan dilihat berdasarkan syarat khusus seperti tinggi, diameter,
jumlah daun, dan kekompakan media perakaran. Kedua syarat tersebut dianjurkan
memiliki presentase yang tinggi dan seimbang sesuai dengan standar bibit suatu
spesies (fact sheet). Menciptakan
persemaian yang baik bukanlah sesuatu hal yang mudah, selain teori dan
pengetahuan khusus terkait syarat tumbuh suatu spesies (fact sheet) juga diperlukan kreativitas guna memenuhi target
produksi suatu persemaian. Salah satu praktek persemaian kreativ yang berhasil
memenuhi target produksi dan memberikan keuntungan bagi pekerja persemaian
adalah persemaian di RPH Pudak BKPH Wilis Selatan KPH Lawu DS.
Sekilas terlihat
tidak ada yang berbeda persemaian jenis Pinus
merkusii ini dengan persemaian pinus di tempat lainnya. Namun perhatikanlah
kembali dari hasil pengambilan gambar terlihat ada kubis, wortel dan beberapa
tanaman sayuran ditanam disana. Inilah upaya kreatif yang tercipta oleh bapak
Mantri dan Mandor Persemaian RPH Pudak. Adanya persoalan terkait hama dan
penyakit yang menyerang banyak semai pinus dan berdampak buruk bagi kualitas
bibit di persemaian menjadikan pekerja-pekerja lapangan bertindak kreatif
dengan menciptakan sistim rotasi untuk pembuatan bibit di petak yang diperuntukkan
untuk persemaian. Sitim rotasi ini
selain bertujuan untuk menekan perkembangan hama penyakit dalam satu lingkungan
juga bertujuan meminimalisir lahan kosong dan memberi kebermanfaatan bagi
pekerja persemaian.
Sistim rotasi
dilakukan setiap tahun, apabila tahun pertama pembuatan bibit dilakukan di sisi
barat maka sisi timur ditanami sayuran seperti wortel, kubis, daun bawang dsb.
Kemudian pada tahun kedua akan dirotasi pembuatan bibit dilakukan di sisi timur
dan tanaman sayuran sisi barat. Dan upaya kreatif ini nyata memberikan dampak
yang positif bagi mutu bibit yang dihasilkan di persemaian tersebut, dan
persemaian RPH Pudak ini berturut turut meraih Awarde baik skala nasional
maupun Devisi Regional II Jatim. Nah disinilah arti ilmu silvikultur yang sesungguh
dimana antara science dan art dilebur menjadi suatu upaya pengelolaan hutan :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar